Fenomena Pingsan: Pura-pura, atau Tanda Bahaya?

Oleh: dr. Hafid Algristian,CHt,CI.

 

Beberapa saat lalu kita memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-69. Upacara bendera dilakukan di mana saja —dari istana negara sampai pelosok pedalaman, dari kota sampai desa, dari puncak gunung sampai pesisir pantai. Semua serentak mengibarkan Sang Saka Merah Putih di kampung masing-masing. Upacara bendera ini berlangsung khidmat, sampai suatu saat salah seorang peserta upacara pingsan. Beramai-ramai teman-temannya membawanya ke tepian, memberinya minyak kayu putih, mengompresnya dengan air dingin, dengan harapan dia segera bangun dan pulih. Cerita semacam ini cukup sering kita dengar, sampai-sampai memandang kejadian pingsan saat upacara adalah hal yang biasa, lumrah dan wajar terjadi. Alasan yang muncul dalam benak kita adalah: dia belum sarapan. Maka spontan yang kita lakukan ketika menolong korban pingsan adalah: minyak kayu putih, air putih dan nasi putih.

 
Pingsan tidak hanya terjadi saat upacara. Pingsan atau tak sadar diri, seringkali kita temui dalam hal-hal berikut ini: kecelakaan, mendengar kabar kematian, gejala stroke pada orang tua, atau yang paling sering—kesurupan massal. Apakah semua pingsan itu sama? Apakah benar-benar pingsan atau berpura-pura? Sama-sama pingsan, namun bagaimana membedakan satu sama lain?
Satu ciri khas yang membedakan pingsan pura-pura atau tidak adalah: dia pilih-pilih tempat atau tidak. Secara logika, seseorang yang tak sadarkan diri karena penyakit fisik tertentu tidak pernah sempat memilih tempat yang enak untuk jatuh pingsan. Seringkali mereka mengalami cidera di kepala, wajah, atau badan, akibat jatuh pingsan pada tempat yang tidak menguntungkan—di jalan, jatuh di kamar mandi, di tengah sawah, atau di tempat manapun yang tak terduga.

 
Parahnya, mereka sedang sendirian pula. Sehingga cukup lama waktunya antara kejadian pingsan dengan datangnya pertolongan. Mereka jarang sekali pingsan di tengah keramaian, di mana banyak orang bisa memberikannya pertolongan dengan cepat. Satu lagi yang membedakan pingsan pura-pura dengan tidak, adalah: sikap terhadap pingsannya itu. Orang yang benar-benar mengalami pingsan akibat penyakit fisik, pasti akan berusaha mencari sebab terhadap pingsannya dan mengatasi semampunya. Kalau perlu dia akan berkonsultasi ke seorang ahli kesehatan, mengingat kejadian pingsan ini cukup membahayakan dirinya, dan mengganggu kualitas kerjanya. Namun mereka yang pingsan berpura-pura—entah sadar atau tidak terhadap kepura-puraannya itu—akan bersikap acuh tak acuh dan menganggap pingsannya adalah hal biasa.

 
Mereka yang berpura-pura justru merasa lebih beruntung setelah pingsan karena, secara langsung ataupun tidak, mereka mendapat perhatian dari orang-orang sekitarnya. Mereka menganggap pingsan ini sebagai fenomena biasa, tidak perlu mendapat penanganan apapun, toh akhirnya sembuh-sembuh sendiri. Mereka tidak merasa bahwa pingsan adalah suatu near-death experience. Berbeda dengan mereka yang pingsan tidak dengan berpura-pura. Mereka akan sekuat tenaga mencari dan mengatasi sebab pingsannya. Bagi mereka, pingsan adalah suatu pertanda bahwa kemampuan tubuhnya sedang melemah. Mereka ingin segera diatasi dan diobati, untuk mencegah terjadinya pingsan lagi di kemudian hari. Bagi mereka, pingsan sungguh merugikan.

 

Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa diawali dengan pingsan: Reaksi Syaraf Vagus (bisa disebabkan perubahan suhu mendadak), Perubahan Tekanan Darah (orthostatic hypotension), Anemia, Dehidrasi, Shock (terkena racun tertentu atau alergi obat-obatan), Obat (seperti obat antihipretensi, yang mengandung alkhohol, yang mengandung zat-zat adiktif seperti amfetamin, benzodiazepin, kokain, atau ganja), Hipoglikemi (kurang gula darah), Pemicu Psikologis (stress akut), Gangguan Detak Jantung, Aktivitas fisik yang berat, Tanda kehamilan (karena ibu tidak waspada), Gejala Stroke.

 

Pingsan bisa didahului oleh pusing atau perasaan melayang, terutama pada saat seseorang sedang dalam keadaan berdiri. Setelah terjatuh, tekanan darah akan kembali meningkat karena penderita telah berbaring dan karena penyebab pingsan telah hilang. Berdiri terlalu cepat dapat memnyebabkan penderita kembali pingsan.

 

Apa yang harus dilakukan ketika menghadapi seseorang yang pingsan?
1. Segera bujurkan orang yang pingsan. Posisikan kepala lebih rendah daripada kaki agar darah dapat mengalir dengan baik ke otak.
2. Tes kesadarannya dengan cara memberikan rangsangan suara atau sentuhan di bagian tengah antara alis.
3. Jika mengenakan pakaian ketat, segera longgarkan. Lepas sepatu, kaos kaki dan semua aksesoris yang mengahambat peredaran darahnya.
4. Berikan rangsangan berupa bau yang menyengat seperti minyak angin. Rangsangan aroma yang kuat akan membantu menyadarkan orang yang pingsan.

 
Apa yang tidak boleh dilakukan?
1. Membiarkan tubuh orang pingsan menekuk.
2. Meletakkan posisi kepala lebih tinggi daripada posisi kaki, sebab akan mengurangi aliran darah ke otak.
3. Mengerubuti orang yang tengah pingsan.

 

Pada orang muda yang tidak memiliki penyakit jantung, pingsan biasanya tidak serius, dan jarang diperlukan pemeriksaan diagnostik maupun pengobatan yang lebih lanjut. Pada usia lebih tua, pingsan bisa disebabkan oleh beberapa keadaan yang berhubungan dengan terhambatnya kemampuan jantung dan pembuluh darah dalam menyesuaikan fungsinya terhadap penurunan tekanan darah.
Apa yang harus dilakukan untuk mencegah agar tidak mengalami pingsan?
1. Melakukan check-up kesehatan rutin minimal 6 bulan sekali, untuk mendeteksi dini kemungkinan timbulnya penyakit yang tidak diduga.
2. Menjaga keteraturan asupan nutrisi makanan, dan menjaga kualitas gizinya.
3. Membiasakan berolahraga teratur untuk meningkatkan kesehatan jantung dan paru-paru, menjaga daya tahan tubuh terhadap penyakit, dan menyegarkan otak dari stress.
4. Menambah dengan suplemen nutrisi yang tidak menyebabkan kegemukan, dan efektif untuk melakukan peremajaan sel-sel tubuh.
5. Menikatkan daya tahan terhadap stress dengan cara melibatkan diri ke dalam komunitas atau kegiatan yang bersifat positif.

 

Demikian informasi yang dapat dibagikan mengenai fenomena pingsan. Semoga bermanfaat.

 

 

Follow: @Algristianhafid
Psychiatry Resident, Author
Trainer #EverlastingHappiness & #SmartParenting.

Tinggalkan komentar